Rabu, 21 September 2016

Salam Hangat Dari Bintang

Kamu, sudah lama menjauh dari kehidupanku. Lebih dari puluhan hari, hitungan bulan, hmm.. mungkin hitungan tahun. Yah, sepuluh tahun kamu pergi. Selama itu aku mencoba membuat rasa ini menjadi rasa yang biasa saja. Selama itu? Iya, selama itu.. jangan khawatir, bahkan hingga sekarang dan entah sampai kapan.

Kamu ingat? Aku pernah berkata padamu, bahwa kamu mungkin bisa melupakanku membuang semua mimpi dan mengenyahkan kata kita menjadi sesuatu yang tak lagi berharga.

“Mungkin kamu bisa, kalau aku.. aku enggak tau,” dan kalimat itu, aku pastikan jujur.

Mungkin hanya hitungan jari tangan aku bisa tidur terlelap tanpa memimpikanmu, mungkin hanya hitungan jari tangan pula aku bisa melewati hari tanpa mengkhawatirkanmu. 

Dan itu semua, tanpa kamu tahu. Oh ya, kamu memang harus tidak tahu.
Sungguh aku tak ingin kamu tahu, hingga akhirnya kamu merasa bersalah dan berbalik ke arahku untuk memastikan keadaanku baik-baik saja. Aku tak perlu kamu kasihani.
Kamu tahu? Memimpikan dan memikirkanmu adalah dua hal yang indah, tanpa perlu bertemu aku mampu merasa kamu ada.



“Ga kerasa udah sepuluh tahun kita kenal, tanpa kita sering ketemu atau bertatap muka, entah kenapa selama itu juga aku selalu mampu ngerasa terus meluk kamu,” Iya, itu kata-kata aku buat kamu. Murni.



Sampai sekarang, kamu masih ada.. selalu ada, dan aku tak pernah peduli DIA anugerahkan rasa sayang ini berapa lama. Ini indah, aku ulangi, menyayangi kamu itu indah.

Kamu sering mengumpamakan bintang seperti seseorang yang merindukanmu kan?
Iya, mungkin seperti itu aku. Kamu kadang tak mampu melihatku, tapi aku pastikan aku selalu ada, memperhatikan langkahmu. Mendoakan agar kebahagiaan selalu menjadi pendampingmu yang setia. Karena kamu tahu? Senyummu, sebuah penyemangat atasku untuk menghadapi semua pesakitan. Jaga itu baik-baik untuk aku, si pecundang ini.

Selasa, 21 Juni 2016

Terimakasih Bijaksana

Aku ingin memberitahumu sebuah rahasia.
Malam itu, kala aku menjadi seorang yang lebih banyak diam.
Bukannya aku tak melihat tangis yang mencoba kau tutupi.
Kau tau? 
Mukamu memerah kala itu, bahkan saat kau berkata
"Udah sana, buruan berangkat," yang dengan nada berat dan terbata-bata kau ucapkan, dibalik tangismu yang tertahan.


Malam itu, bukannya aku tak melihat sorot matamu yang mulai meredup.
Hanya saja..
Malam itu, aku melihat rasa sayangmu yang begitu besar. 
Rasa sayang yang kamu ungkapkan dengan cara melepasku, seolah berkata
"Pergilah, ku rela asal kau bahagia,"
Terimakasih, untuk tetap mencoba memberikanku yang terbaik meski dengan cara menyakiti dirimu sendiri. Terimakasih.

Selasa, 14 Juni 2016

Tuhan, Apa Kabar Dia?

Tuhan, bayangannya hadir lagi.
Kali ini tidak seperti malam-malam sebelumnya, aku memuncak dalam merindu senyum dan tawanya.
Aku merindu setiap kata yang terucap dari mulutnya, sekedar ucapan "rindu" atau "sayang".
Di bawah purnama yang kini tengah melihat setiap tetes air mata kerinduanku, aku bersumpah
aku sangat merindukanmu..

Aku merindu setiap tatapan yang hadir melalui sorot matanya, yang seolah mampu menghentikan detak dan degup jantungku.
Lihatlah, kini aku tengah mendekap diriku sendiri. Menikmati setiap inchi kerinduan yang menjalar tanpa permisi.

Tuhan, aku merindunya.
Apa kabar dia?
Maaf jika aku lancang menyebut namanya dalam doaku (lagi) dalam malam seperti ini.

Sesungguhnya, aku tidak pernah berhenti mengkhawatirkannya, seperti malam ini.

Tuhan, bolehkah sekali ini lagi aku memintamu satu hal? Jaga dia.
Aku ingin dia selalu dilimpahkan kebahagiaan, kesehatan.. segala yang terbaik untuknya.

Bolehkah Tuhan?
Hanya KAU yang mampu mendengar ini, kalimat kalimat perapalan dari setiap doaku untuknya.
Ku titipkan bahagianya padaMu, tak perlu KAU sampaikan tentang kerinduanku seperti malam ini padanya. 
Aku tak ingin memberatkannya dengan rinduku, aku ingin dia bebas dan lepas, lalu bahagia.
Yah, tugasmu hanya bahagia biarlah rindu menjadi urusanku.

Rabu, 08 Juni 2016

Ini Tidak Seperti Biasanya

Kamu pernah bertemu dengan seseorang yang berpenampilan biasa, namun mampu membuat matamu nyaris tak beranjak?
Aku pernah, saat itu aku bertemu dia, gadis sederhana dan penuh tawa. Tunggu dulu, ini baru kesan pertamanya. 
Kamu harus tahu dia lebih dekat, karena ternyata dibalik dia yang sederhana tersimpan kekuatan yang luar biasa.
Bukan, bukan berarti dia wanita yang tidak pernah menangis. Dia sering menangis, bahkan dia orang yang mudah terbawa suasana.
Kekuatan yang aku maksud adalah ketulusannya... yup, dia gadis yang tulus, tak heran jika beberapa orang masih saja menyebut namanya meski kisahnya sudah berlalu lama.
Tak heran jika seseorang mampu menyayanginya dengan tulus, karena ternyata dia yang mengajarkannya.

Hey,
Aku sering bertemu gadis yang jauh lebih cantik darinmu, tapi entah kenapa hanya kamu yang mampu membuatku seperti ini. Ya, seperti ini..
Aku yang menjadi penikmat senja, menikmati hujan, melihat bintang hanya demi mengenang seseorang sepertimu.
Aku mungkin pernah menyayangi dan jatuh hati, tapi entah kenapa bersama kamu rasanya semua lebih dari itu.
Entah kenapa bersamamu, aku tidak lagi takut menghadapi apapun.
Tapi semua telah berlalu, aku melewatkanmu karena kebodohanku sendiri.
Kini, rindumu tak lagi milikku.
Kini, aku hanya jadi pria penikmat senja, hujan dan bintang. Tiga hal yang membuatku akan selalu mengingatmu, selalu.

Sabtu, 23 April 2016

Kisah Sepasang Pecundang

Ada kisah, dimana kamu akan menemukan dua orang yang saling menyayangi, tapi tak mampu memiliki.
Mungkin benar jika mereka hanyalah sepasang pecundang yang terlalu takut untuk memperjuangkan.

Tapi, bukankah surga ada ditelapak kaki ibu? 
Bukankah taat kepada orangtua adalah kewajiban selama itu tidak bertentangan dengan agama?
Tuhan melihat perjuangan mereka, mengabaikan luka yang berkali kali mampir, hanya untuk tetap saling bertahan.
Melihat mereka yang dengan keras kepala terus bertahan, meski mereka tahu..
Mereka tidak akan pernah bisa bersama, tidak akan pernah.



Bukannya tidak menyadari bahwa takdir bisa kapan saja mengakhiri segalanya, bahwa semesta akan berhenti berpihak. 
Tapi rasa ini terlalu besar untuk dibendung.

Kamis, 21 April 2016

Sewindu


Ini tentang kamu, seseorang yang telah menemani aku sekian tahun.
Seseorang yang dengan kesabarannya yang luas, mampu menghadapiku.
Apa kabar?
Semoga selalu baik, selalu sehat, selalu bahagia.
Aku sadar, mungkin jika Tuhan memberikanmu kesempatan untuk menghilangkan seseorang dari muka bumi. 
Mungkin kamu akan memilih aku untuk kamu enyahkan.

Aku jahat, menghancurkan semua mimpi yang terlanjur indah.
Permintaan maaf memang tidak akan mengubah apapun, tapi semoga maaf mampu memperbaiki apa yang akan kita hadapi.
Aku meminta maaf, jika ternyata aku masih belum bisa seperti aku yang dulu.
Maaf, jika ternyata aku yang harus mematahkan segala harapan.
Maaf.
Ku doakan, semoga kelak ada tangan yang lebih hangat dalam menggenggammu.
Semoga ada rangkul yang lebih menenangkan, semoga ada bahagia yang tak pernah putus.

Terimakasih untuk sewindu nya.

Senin, 18 April 2016

Diam yang Riuh

Hari itu, kita lebih sering terdiam.
Hari dimana aku lebih sering menatapmu, daripada menceritakan kisahku.
Ada apa dengan kita?

Terdiam dengan keadaan kepala yang riuh.
Tak terlalu banyak bicara seperti biasa.
Dan mungkin saat itu kita saling menahan, rindu.
**

Kalian lihat dua orang itu? Mereka yang sedang bersusah payah menahan air mata yang memuncak, ketika menyadari semua keadaan perlahan berubah.
Dua orang si keras kepala yang bertahan setelah datang ombak besar yang menyapu harapan mereka untuk bisa bersama, selamanya.
Ternyata kenyataan memang terkadang menertawakan harapan, memutuskan begitu saja impian yang terlanjur indah.
**
Kamu tau? aku amat sangat ingin memelukmu kala itu, menangis sekencang-kencangnya di pelukanmu.
Tak usah pedulikan tentang apa yang ingin dikatakan. 
Hanya menangis saja, hingga tak mampu ku dengar lagi alunan musik yang menjadi selimut kita malam itu.


Minggu, 10 April 2016

Lalu Kenapa dengan Masa Lalu?

Cerita masa lalu kamu ungkapkan, perihal sisi buruknya dirimu kala itu.
Aku memaklumi, bagiku setiap orang mempunyai caranya mendewasa sendiri-sendiri.
Kamu menanyakanku apakah aku bersedia untuk menerimanya?
Kamu bilang, "aku hanya cerita se-detail ini sama kamu".
Aku tersenyum, tentu saja aku menerima mu.
Apa yang salah dengan masa lalu?
Dia yang membentukmu sekarang, menjadi seseorang yang ku kenal dan aku kagumi.
Apa yang salah dengan kesalahan di masa lalu?
Bukankah itu yang membuatmu belajar untuk terus memperbaiki.
Aku menyayangi kamu, satu paket. Jangan khawatir.
Sekarang giliran aku yang bertanya.
"Maukah kamu untuk membimbingku?
Maukah kamu untuk terus bersama dan saling memperbaiki?
Maukah kamu untuk berjalan bersama hingga Tuhan berkenan mempertemukan kita kembali di surga.
Maukah kamu, menjadikan aku satu-satunya?"

Sayang, aku juga bukanlah manusia sempurna.
Aku memiliki kesalahan-kesalahan yang tak jarang membawaku kepada penyesalan.
Bersamamu, aku ingin memperbaiki diri.
Bersamamu, aku ingin menjadi diriku yang terbaik.
Bersamamu, aku ingin menggenapkan.

Hingga sekarang, masih saja ada yang sibuk membuka aibmu di hadapanku.
Tapi seperti yang aku bilang, setiap orang memiliki kisahnya.
Kamu tau? Aku justru ingin berterimakasih.
Terimakasih untuk tidak menjadi sempurna..
Karenanya (semoga) aku, kamu butuhkan sebagai pengingat.
Karenanya (semoga) aku, kamu butuhkan sebagai pelengkap.
Karenanya (semoga) aku, kamu butuhkan sebagai pendekap ketika getirnya kenyataan yang siap kapan saja mematahkan harapan.

Kamu sudah mengerti?
Hidup tidak hanya tentang bahagia, tapi juga tentang kesedihan dan luka.
Aku harap, saat itu..
Senyumku yang mampu menenangkan, pelukku yang mampu menguatkan, kehadiranku yang kamu butuhkan.
Sekali lagi.
Maukah kamu, berjalan bersamaku?

Rabu, 06 April 2016

Terimakasih, Kamu

Entah apa yang aku lakukan, pusat pikirku hanya tertuju padamu saat itu.
I need a big hug. 
Yah, aku butuh kamu. 
Pelukan kamu, perkataan kamu yang memastikan bahwa semua akan baik-baik saja. 
Dan kehadiran kamu yang menenangkan bahwa aku tidak akan pernah sendiri.
Entah, mungkin ini menjadi hal yang menyakitkanmu kah?
Aku menyayangi kamu, tidak berubah. Hanya saja..
Aku harus berjalan, melangkah. Aku mungkin egois, ingin tetap menggenggam sekalipun sedang melangkah ke depan.
Aku menyayangi kamu, entah sampai kapan.
Andai saja waktu dan keadaan berpihak pada kita, mungkin semua akan menjadi mudah dan indah.
Terimakasih.
Kamu selalu menjadi rumah tempat aku pulang dengan membawa segala resah.
Terimakasih untuk setiap waktu dan kesempatan

Terimakasih untuk selalu mengukir senyum di setiap sudut mataku.

Selasa, 16 Februari 2016

Kamu, laksana kembang api


Kamu, laksana kembang api.
Mampu ciptakan senyum dan bahagia, diantara hening.
Kamu, laksana kembang api.
Mampu hadirkan hangat, dalam dingin.
Kamu, laksana kembang api.
Mampu ciptakan cahaya, kemudian menghilang sisakan gelap.
Kamu, laksana kembang api.
Rela tersakiti untuk menciptakan keindahan, dan senyum bagi oranglain.
Kamu, laksana kembang api.
Ditunggu diantara ribuan malam, dinikmati dalam hitungan menit.
Kamu, laksana kembang api.
Menanti gelap, untuk menciptakan cahayanya sendiri.
Kamu, laksana kembang api.
Terbang, meledakkan diri, lenyap.
Kamu, laksana kembang api.
Ciptakan debar dan bahagia, sesaat.

Sabtu, 06 Februari 2016

Pertemuan Itu

Pertemuan itu..
Aku tak pernah berharap banyak pada cerita kita, atau tepatnya pada akhir cerita kita.
Pertemuan itu..
Aku anggap sebagai kesempatan emas yg Tuhan anugerahkan untukku. Kembali merasa kamu ada, kembali merasa kamu nyata.
Pertemuan itu..
Akan dianggap sebelah mata oleh mereka yang mendengar kisah kita, hahh sungguh aku tak peduli.


Kamu tau? Aku terkadang tidak begitu peduli ceritamu, aku hanya sedang menikmati detak jantungku yang seolah memacu ku utk tak berhenti mengagumi anugerah Tuhan.
Pertemuan itu..
Ah maafkan aku, jika akhirnya hanya dengan pertemuan sesaat itu, aku menghancurkanmu.

Senin, 04 Januari 2016

Perihal Menyayangimu

Menyayangimu memang tidak selalu ciptakan bahagia. Ada khawatir, ketika aku dan kamu memiliki jarak. 
Ada benci, ketika kamu melakukan kesalahan.
Ada rindu, ketika aku dan kamu menjadi sepasang yg acuh.
Tapi mungkin, ini yang membuktikan cinta itu ada.
Kamulah warna ku, seseorang yg mampu membahagiakan sekaligus menghancurkanku.
Sempurna itu mungkin memang tidak pernah ada, bahkan dalam kisah kita. 
Namun aku yakin, kisah yang terbaik itu ada. Ada, dalam kesederhanaan kita ketika menghilangkan ego.
Ada dalam sebuah senyuman sederhana, yang dalam sekejap membuatku menjadi pelupa akan benci dan marahku.
Berjanjilah untuk selalu menjadi tempatku pulang. Pelukmu, tempat terbaik yang aku miliki.