Sabtu, 23 April 2016

Kisah Sepasang Pecundang

Ada kisah, dimana kamu akan menemukan dua orang yang saling menyayangi, tapi tak mampu memiliki.
Mungkin benar jika mereka hanyalah sepasang pecundang yang terlalu takut untuk memperjuangkan.

Tapi, bukankah surga ada ditelapak kaki ibu? 
Bukankah taat kepada orangtua adalah kewajiban selama itu tidak bertentangan dengan agama?
Tuhan melihat perjuangan mereka, mengabaikan luka yang berkali kali mampir, hanya untuk tetap saling bertahan.
Melihat mereka yang dengan keras kepala terus bertahan, meski mereka tahu..
Mereka tidak akan pernah bisa bersama, tidak akan pernah.



Bukannya tidak menyadari bahwa takdir bisa kapan saja mengakhiri segalanya, bahwa semesta akan berhenti berpihak. 
Tapi rasa ini terlalu besar untuk dibendung.

Kamis, 21 April 2016

Sewindu


Ini tentang kamu, seseorang yang telah menemani aku sekian tahun.
Seseorang yang dengan kesabarannya yang luas, mampu menghadapiku.
Apa kabar?
Semoga selalu baik, selalu sehat, selalu bahagia.
Aku sadar, mungkin jika Tuhan memberikanmu kesempatan untuk menghilangkan seseorang dari muka bumi. 
Mungkin kamu akan memilih aku untuk kamu enyahkan.

Aku jahat, menghancurkan semua mimpi yang terlanjur indah.
Permintaan maaf memang tidak akan mengubah apapun, tapi semoga maaf mampu memperbaiki apa yang akan kita hadapi.
Aku meminta maaf, jika ternyata aku masih belum bisa seperti aku yang dulu.
Maaf, jika ternyata aku yang harus mematahkan segala harapan.
Maaf.
Ku doakan, semoga kelak ada tangan yang lebih hangat dalam menggenggammu.
Semoga ada rangkul yang lebih menenangkan, semoga ada bahagia yang tak pernah putus.

Terimakasih untuk sewindu nya.

Senin, 18 April 2016

Diam yang Riuh

Hari itu, kita lebih sering terdiam.
Hari dimana aku lebih sering menatapmu, daripada menceritakan kisahku.
Ada apa dengan kita?

Terdiam dengan keadaan kepala yang riuh.
Tak terlalu banyak bicara seperti biasa.
Dan mungkin saat itu kita saling menahan, rindu.
**

Kalian lihat dua orang itu? Mereka yang sedang bersusah payah menahan air mata yang memuncak, ketika menyadari semua keadaan perlahan berubah.
Dua orang si keras kepala yang bertahan setelah datang ombak besar yang menyapu harapan mereka untuk bisa bersama, selamanya.
Ternyata kenyataan memang terkadang menertawakan harapan, memutuskan begitu saja impian yang terlanjur indah.
**
Kamu tau? aku amat sangat ingin memelukmu kala itu, menangis sekencang-kencangnya di pelukanmu.
Tak usah pedulikan tentang apa yang ingin dikatakan. 
Hanya menangis saja, hingga tak mampu ku dengar lagi alunan musik yang menjadi selimut kita malam itu.


Minggu, 10 April 2016

Lalu Kenapa dengan Masa Lalu?

Cerita masa lalu kamu ungkapkan, perihal sisi buruknya dirimu kala itu.
Aku memaklumi, bagiku setiap orang mempunyai caranya mendewasa sendiri-sendiri.
Kamu menanyakanku apakah aku bersedia untuk menerimanya?
Kamu bilang, "aku hanya cerita se-detail ini sama kamu".
Aku tersenyum, tentu saja aku menerima mu.
Apa yang salah dengan masa lalu?
Dia yang membentukmu sekarang, menjadi seseorang yang ku kenal dan aku kagumi.
Apa yang salah dengan kesalahan di masa lalu?
Bukankah itu yang membuatmu belajar untuk terus memperbaiki.
Aku menyayangi kamu, satu paket. Jangan khawatir.
Sekarang giliran aku yang bertanya.
"Maukah kamu untuk membimbingku?
Maukah kamu untuk terus bersama dan saling memperbaiki?
Maukah kamu untuk berjalan bersama hingga Tuhan berkenan mempertemukan kita kembali di surga.
Maukah kamu, menjadikan aku satu-satunya?"

Sayang, aku juga bukanlah manusia sempurna.
Aku memiliki kesalahan-kesalahan yang tak jarang membawaku kepada penyesalan.
Bersamamu, aku ingin memperbaiki diri.
Bersamamu, aku ingin menjadi diriku yang terbaik.
Bersamamu, aku ingin menggenapkan.

Hingga sekarang, masih saja ada yang sibuk membuka aibmu di hadapanku.
Tapi seperti yang aku bilang, setiap orang memiliki kisahnya.
Kamu tau? Aku justru ingin berterimakasih.
Terimakasih untuk tidak menjadi sempurna..
Karenanya (semoga) aku, kamu butuhkan sebagai pengingat.
Karenanya (semoga) aku, kamu butuhkan sebagai pelengkap.
Karenanya (semoga) aku, kamu butuhkan sebagai pendekap ketika getirnya kenyataan yang siap kapan saja mematahkan harapan.

Kamu sudah mengerti?
Hidup tidak hanya tentang bahagia, tapi juga tentang kesedihan dan luka.
Aku harap, saat itu..
Senyumku yang mampu menenangkan, pelukku yang mampu menguatkan, kehadiranku yang kamu butuhkan.
Sekali lagi.
Maukah kamu, berjalan bersamaku?

Rabu, 06 April 2016

Terimakasih, Kamu

Entah apa yang aku lakukan, pusat pikirku hanya tertuju padamu saat itu.
I need a big hug. 
Yah, aku butuh kamu. 
Pelukan kamu, perkataan kamu yang memastikan bahwa semua akan baik-baik saja. 
Dan kehadiran kamu yang menenangkan bahwa aku tidak akan pernah sendiri.
Entah, mungkin ini menjadi hal yang menyakitkanmu kah?
Aku menyayangi kamu, tidak berubah. Hanya saja..
Aku harus berjalan, melangkah. Aku mungkin egois, ingin tetap menggenggam sekalipun sedang melangkah ke depan.
Aku menyayangi kamu, entah sampai kapan.
Andai saja waktu dan keadaan berpihak pada kita, mungkin semua akan menjadi mudah dan indah.
Terimakasih.
Kamu selalu menjadi rumah tempat aku pulang dengan membawa segala resah.
Terimakasih untuk setiap waktu dan kesempatan

Terimakasih untuk selalu mengukir senyum di setiap sudut mataku.