Rabu, 07 Januari 2015

Menemukan Kamu (Part I)

Akan ada seseorang yg membuatmu berhenti mencari. Menemukannya membuatmu merasa cukup. Memang dia bukan orang yg sempurna, tapi dia mampu melengkapi. Bersamanya, km hanya perlu menjadi dirimu. Cukup dg melihat matanya, km mampu menemukan teduh.. menceritakan segala keluhmu.Senyum dan tawanya adalah duniamu, tempat yg paling nyaman yg km temukan. Dia selalu ada, mengulurkan tangan untuk memapahmu mencapai puncak.
Dia lupa dengan lelahnya, yg dia ingat hanya persoalan tentang kamu.

Yah.. Pada akhirnya kamu akan menemukan seseorang yg juga menemukanmu
 ♥

Lelakiku (Ayah)

Kamu adalah lelaki terbaikku!

Dari semua kehilangan, aku belajar.
Apalagi ketika aku harus kehilangan kamu. 
Ketika mereka sibuk bermanja-manja. 
Ketika mereka sibuk tertawa bersama.
Saat itu aku belajar untuk merelakan bahwa manja dan tawa itu bukan milikku.

Kamu tetap lelaki terbaikku.Kehilangan yg menciptakan banyak tangis setelahnya.Kehilangan yg menciptakan banyak dendam setelahnya.Kamu tetap yg terbaik.

Aku tak peduli mereka berkata apa.
Aku tak peduli mereka menganggap km apa.
Aku tak pernah peduli atas semua caci maki mereka.
Aku cukup membalas semuanya dengan senyuman.

Kamu tetap lelaki terbaikku.
Sekian jauh jarak tercipta.
Sekian lama wajah tak berjumpa.
Aku yakin km tetap mendoakanku, begitupun aku.
Dan sejauh ini, mungkin hanya senjata itu yg kita punya untuk saling menjaga.

Kamu tetap lelaki terbaikku, yg telah mengajariku banyak hal.
Maaf jika aku tak bisa melihatmu menua.
Maaf jika aku tak bisa selalu menemanimu dalam menjalani hidup.

Bagiku perjalanan ini tidak mudah, aku pun yakin kau merasakan hal yg sama.
Tapi kau tidak usah khawatir. Anak perempuanmu ini, akan terus mencoba untuk tangguh.
Anak perempuanmu ini, akan terus belajar bertahan.
Meski mungkin tak sekuat dan setangguh seharusnya kamu.
Tapi yakinlah, semua akan baik-baik saja.


Sehat selalu yah,
Aku menyayangi kamu tanpa tapi ayah :)

Maulid Nabi

Selamat ulang tahun kesayangan :)

Apa kabar disana? Engkau pasti memperhatikan kami dr jauh..

Memperhatikan bagaimana kami yg mengaku umatmu hidup sekarang.
Umatmu yang begitu kau khawatirkan, yang terus kau sebut sampai menangis ketika sakaratul maut.
Umat yang selalu kau sebut dalam perbincanganmu dengan Tuhan.

Jujur, kami kehilangan Engkau ya Rasul.
Kami kehilangan pemimpin sepertimu.
Apa ini membuktikan bahwa kami tak bisa menjadi umatmu yg baik?
Apa ini membuktikan bahwa kami hanya bisa mengecewakanmu?
Ahh... tentu saja, sikap dan sifat kami memang begitu jauh dari teladanmu.

Tapi percayalah, kami menyayangi dan merindukanmu rasul..
Meski tak pernah bertemu wajahmu
Meski tak pernah mendengar suaramu..
Tapi engkau begitu nyata untuk kami..

Maafkan kami yg sering lalai
Maafkan kami yg lebih pandai mengeluh
Maafkan kami yg lebih sibuk dengan dunia
Maafkan kami atas segala kelemahan ini..

Selamat ulang tahun, jangan khawatir.. kami tak akan pernah lelah belajar menyempurnakan. Sejatuh apapun kelak, kami akan terus bangkit untukmu.

kamu.. nyata mimpiku

Jika lukaku yang kemarin adalah untuk kemudian bertemu kamu, aku rela.
Jika patah hatiku yang kemarin adalah untuk kemudian dicintai kamu, aku rela.
Jika memang aku harus mematahkan hatiku sendiri berulang-ulang sebelumnya untuk akhirnya harus hidup berdua menua bersama kamu, aku rela.
Kamu adalah mimpi terbaikku. 
Kamu adalah jiwa yang aku temukan ketika aku tersesat. 
Kamu, membuat aku merasa paling beruntung berdiri diantara mereka yang memiliki segalanya tapi tidak memiliki kamu 

Hello Looser!


Mungkin kita hanyalah sepasang pecundang, yg mengucapkan sayang melalui sepi
Mungkin kita hanyalah sepasang pecundang, yg menitipkan rindu melalui angin
Mungkin kita hanyalah sepasang pecundang, yg hanya mampu merasakan tanpa mengucapkan
Mungkin kita hanyalah sepasang pecundang, yg hanya berani saling merindukan dalam malam
Mungkin kita hanyalah sepasang pecundang, yg hanya berharap keajaiban tanpa mau berbuat apa-apa
Dan kita, mungkin hanyalah sepasang pecundang yg saling diam hingga hari esok tak lagi memberi sapa

Menemukan Kamu (Part II)

Menjadi pasangan itu berarti saling, bukan paling.
Saling perhatian, bukan kamu yg paling perhatian trus dia cuek.
Saling pengertian, bukan kamu yg paling pengertian trus dia egois.
Saling melengkapi, bukan kamu yg trus mncoba melengkapi trus dia masa bodo.
Saling mengingatkan, bukan kamu yg paling mengingatkan sdgkan dia pasif.


Menjadi pasangan adalah mau belajar untuk menjadi yg trbaik satu sama lain.

Satu belajar menjadi imam, dan satu lg belajar mnjadi makmum. 
Tanpa kamu minta, tanpa dia suruh. Semua berjalan tulus, tanpa ada yang memaksa. 
Jika sudah berjalan seirama, fokus. 
Bertahan pada pilihan yg sama memang sulit, tapi harus brtahan seumur hidup dg pilihan yg salah itu lebih menyesakkan. 

Ada yg layak kamu perjuangkan, ada yg pantas kamu tunggu dan begitu juga.. ada yg harus kamu lepas.

Jangan lupa libatkan DIA dalam setiap langkah..

Membatasi Hati

Beberapa hari yang lalu, hati aku terasa begitu lelah. Lelah untuk mencoba mengerti bahwa aku harus terus mengerti keadaan kamu. Aku bertanya pada diriku, sebodoh inikah cinta? Setolol inikah sayang?Aku bertahan pada ranting yang semu, yang terlihat dapat menguatkan namun ternyata ranting itu sendiri rapuh.Aku menangis, menyadari betapa perih hati ini yang kau anggap salah. Rasa ini yang mungkin kau anggap tak wajar. Dalam hal mencintaimu saja, aku sudah salah. Tapi kamu yang mengajakku untuk begitu dalam tenggelam bersama lautan kasih dan sayang yang kamu beri dan kamu bagi. Aku mencoba membuat keadilan untuk hatiku, namun kamu hanya terdiam. Keadaan pun berbalik, kamu menganggap aku berlebihan. Iyah, aku mungkin terlalu berlebihan jika terus berharap pada kesemuan cintamu.Raga dan hati mulai bekerja sama untuk membuat keputusan, mendamaikan kesal dan cacian menjadi sebuah senyuman. Namun kamu sepertinya sudah terlampau lelah, sehingga kemudian lenyap. Mentari pagi, membuat semangatku kembali. Semangat untuk menyambut senyuman kamu yang memang selalu mampir.Mentari ini ternyata mampu mencairkan rasa kesal dan cacianku. Walau dengan begitu aku harus mengabaikan keadilan yang aku perjuangkan. Walau dengan begitu aku harus membatasi amarahku. Walau dengan begitu aku harus tidak bersikap adil dengan hatiku. Aku dan kamu pun kembali menjadi kita.Kali ini aku belajar hal yang baru untuk hatiku. Belajar membatasi amarah dan cacianku, meski memang itu menyakitkan sekalipun.