Rabu, 23 Desember 2015

Jika Memilikimu adalah Kemenangan

Jika memilikimu adalah kemenangan, kamu tau aku sudah kalah sejak awal.
Dari awal, aku tidak pernah bermimpi mampu memiliki kamu seutuhnya.
Aku sadar, ada hati lain yang harus aku dan kamu jaga.

Jika memilikimu adalah kemenangan, kamu tau aku kalah telak sejak lama.
Aku hanyalah orang baru yang entah bagaimana bisa hadir dan menetap sepersekian lama.

Jadi sekarang kamu mengerti? Untuk apa aku hadir dan bertahan di kehidupanmu?
Aku menyayangimu.
Lalu ketika Tuhan menyediakan waktunya, membiarkan semestanya merestui agar kita bisa bersama, aku harus menolak? Aku tak akan menolak.
Lalu ketika Tuhan memberikan aku anugerah untuk bisa terus memelukmu, apakah aku akan melepasmu? Tidak. Kecuali jika kau terluka dengan pelukanku.
Sayang yang aku miliki bukan untuk kau balas. Aku hanya ingin duduk bersamamu, tersenyum bersamamu, menyandarkan kepalaku di bahumu.
Meski bukan untuk menua bersama, tak apa.

Kamu tau? Kegelisahanku tentang waktu dan semesta yang bisa kapan saja berhenti memihak kita.
Kamu tau? Rasa sakit yang aku pendam, ketika membayangkan aku harus melepaskanmu suatu saat.
Kamu tau? Bukan tidak memilikimu yang aku takutkan, tapi kehilangan rasa sayangmu.
Tak apa kasih ini terbatas, tak apa rindu ini terbatas, tak apa cinta ini terbatas. Tapi jangan batasi aku untuk sekedar tau kabarmu.
Kamu akan lihat aku sebagai orang yang keras kepala dalam mempertahankanmu.

pinterest.com
Aku dan kamu tak mampu menebak sampai kapan semesta membiarkan kita bertemu.
Aku dan kamu tak mampu menerka sampai kapan semesta membiarkan kita ada.
Kamu tau, aku tau.. kita hanya dua orang yang mengikuti hati.
Jika mereka mengatakan kita harus realistis. Maka bertahan denganmu, adalah hal paling realistis yang aku lakukan.

Jika mereka berpikir aku malang, maka aku akan menegakkan tubuhku dan berkata "aku beruntung".
Kelak, jika semesta dan Tuhan tak lagi berpihak. Ingatlah tulisan ini, ingatlah seberapa besar inginku untuk sekedar menua bersama kenanganmu.

Ingatlah aku, seseorang yang ingin selalu menjagamu dalam keterbatasanku.

Aku Butuh Kamu

Malam ini terasa sendu, ada haru yang diam-diam menyeruap.
“Seharusnya kamu mengkhawatirkanku sekarang, seharusnya kamu menemani perjalananku sekarang. Nyatanya?? kamu tau kabarku saja tidak”.
Ada gemuruh dalam hati, rasa berontak yang tiba-tiba hadir. Aku butuh kamu.
Aku butuh kamu ketika aku sendiri, aku butuh kamu ketika sepi itu hadir. Aku butuh kamu.
Pengharapan yang menjebakku dalam luka sendiri.
Kerinduan akan hadirmu yang menjebakku dalam tangisku sendiri.

Sayang,
Apakah kamu pernah merindukanku seperti ini?
Apakah kamu pernah merindukanku dalam langkah yang kamu ambil?
Aku butuh kamu, untuk aku peluk ketika aku mendapatkan tawa dan sedih.
Aku butuh kamu, untuk menjadi orang pertama yang aku ceritakan mengenai baik dan buruknya hariku.
Aku butuh kamu, untuk merancang masa depanku.
Aku butuh kamu.

Tapi aku tau rasa ini, terbatas.

Senin, 21 Desember 2015

Memilih Bertahan?

“Apa yang bikin kamu bertahan sampe sekarang, diantara rasa sakit ini. Diantara keterbatasan aku buat bisa nemenin dan bahagiain kamu?” tanya seorang pria pada wanita yang duduk berdampingan di sebelahnya.

“Aku sendiri ga tau, sampe sekarang aku juga bingung sama perasaan aku. Sama apa yang aku udah perbuat, nunggu orang yang udah ga mungkin lagi aku tunggu. Sayang sama orang yang udah ga boleh lagi aku sayangin. Kamu jangan nanya itu, selama ini, aku sendiri bingung, belum nemu jawabannya apa.”

Pria itu tersenyum mendengar jawaban wanitanya, senyum yang menahan tangis. Kamu tau rasanya menyakiti orang yang begitu menyayangimu? Tau rasanya menyakiti orang yang kamu sayang?
Yaah, itulah yang dirasakan saat mendengar jawaban wanitanya, senang sekaligus sakit dalam waktu yang bersamaan.
Sejujurnya, wanita itu tidak pernah memilih bertahan. Hatinya yang selalu membuatnya berbalik arah pada Pria yang kini ada di hadapannya. Tanpa pernah diminta atau memilih, hal itu selalu terjadi berulang-ulang.

“Kamu tau? Aku cuma butuh kamu senyum kaya gitu buat bisa bikin aku seneng,” sang wanita pun menambahkan jawaban, yang dengan spontan membuat sang pria menarik wanita itu ke dalam pelukannya.

rebloggy.com

Yah, mereka berdua menahan tangis melalui senyum. Sepertinya mereka telah terlatih lama untuk itu.

“Kamu pernah ngga mikir sampai kapan kita kaya gini?,” dengan suara berat wanita itu menanyakannya.

“Sering” jawab pria itu dengan singkat, “jawabannya apa?” tanya wanita itu dengan seraya menatap kedua pria yang sedari tadi hanya menunduk setelah memeluknya.

“Aku ga tau, ga dapet jawaban pastinya,” wanita itu yang kali ini tersenyum, tentu dengan menahan tangis yang sama.
Dia sendiri terluka mendapati perasaannya masih sama, dia terluka ketika tau bahwa pria yang disayangnya harus rela dia lepas. Pria yang begitu disayanginya, harus merasakan luka, yang sama.

“Aku takut kehilangan kamu. Tapi aku dan kamu sepertinya tau ujung kisah kita kaya apa,” tambah wanita itu dengan suaranya yang begitu parau, merasakan air mata yang semakin berat untuk tertahan.

“Iyah, kita berdua tau. Tapi kita berdua pura-pura ga tau” sang pria menjawab tanpa mampu memandang wanitanya.

“Dan aku ga peduli akhirnya kaya gimana,” kata wanita itu, sambil tersenyum tegas dan mengakhiri percakapan sendu sore itu.
Pria itu kini menatap wanitanya dengan garis lurus, tepat berhadapan.
"Denger ya, aku juga takut kehilangan kamu. Dan aku juga gak peduli kisah kita akhirnya kaya gimana. Aku cuma mau milikin kamu sekarang, meski ga sempurna kaya kisah oranglain. Aku bahagia,".


Yah, kalian bisa melihat dua orang yang sedang keras kepala melanjutkan kisah untuk saling menyayangi dalam keterbatasan. Jangan tanya, sudah berapa orang yang melarangnya, tapi mereka tetap seperti itu, batu.