“Apa yang bikin kamu bertahan sampe sekarang, diantara rasa
sakit ini. Diantara keterbatasan aku buat bisa nemenin dan bahagiain kamu?” tanya seorang pria pada wanita yang duduk berdampingan di sebelahnya.
“Aku sendiri ga tau, sampe sekarang aku juga bingung sama
perasaan aku. Sama apa yang aku udah perbuat, nunggu orang yang udah ga mungkin
lagi aku tunggu. Sayang sama orang yang udah ga boleh lagi aku sayangin. Kamu jangan
nanya itu, selama ini, aku sendiri bingung, belum nemu jawabannya apa.”
Pria itu tersenyum mendengar jawaban wanitanya, senyum yang
menahan tangis. Kamu tau rasanya menyakiti orang yang begitu menyayangimu? Tau rasanya
menyakiti orang yang kamu sayang?
Yaah, itulah yang dirasakan saat mendengar jawaban wanitanya, senang sekaligus sakit dalam waktu yang bersamaan.
Sejujurnya, wanita itu tidak pernah memilih bertahan. Hatinya yang selalu membuatnya berbalik arah pada Pria yang kini ada di hadapannya. Tanpa pernah diminta atau memilih, hal itu selalu terjadi berulang-ulang.
Yaah, itulah yang dirasakan saat mendengar jawaban wanitanya, senang sekaligus sakit dalam waktu yang bersamaan.
Sejujurnya, wanita itu tidak pernah memilih bertahan. Hatinya yang selalu membuatnya berbalik arah pada Pria yang kini ada di hadapannya. Tanpa pernah diminta atau memilih, hal itu selalu terjadi berulang-ulang.
“Kamu tau? Aku cuma butuh kamu senyum kaya gitu buat bisa
bikin aku seneng,” sang wanita pun menambahkan jawaban, yang dengan spontan
membuat sang pria menarik wanita itu ke dalam pelukannya.
![]() |
Yah, mereka berdua menahan tangis melalui senyum. Sepertinya
mereka telah terlatih lama untuk itu.
“Kamu pernah ngga mikir sampai kapan kita kaya gini?,”
dengan suara berat wanita itu menanyakannya.
“Sering” jawab pria itu dengan singkat, “jawabannya apa?”
tanya wanita itu dengan seraya menatap kedua pria yang sedari tadi hanya
menunduk setelah memeluknya.
“Aku ga tau, ga dapet jawaban pastinya,” wanita itu yang
kali ini tersenyum, tentu dengan menahan tangis yang sama.
Dia sendiri terluka mendapati perasaannya masih sama, dia terluka ketika tau bahwa pria yang disayangnya harus rela dia lepas. Pria yang begitu disayanginya, harus merasakan luka, yang sama.
“Aku takut kehilangan kamu. Tapi aku dan kamu sepertinya tau
ujung kisah kita kaya apa,” tambah wanita itu dengan suaranya yang begitu
parau, merasakan air mata yang semakin berat untuk tertahan.
“Iyah, kita berdua tau. Tapi kita berdua pura-pura ga tau” sang pria menjawab tanpa mampu memandang wanitanya.
“Dan aku ga peduli akhirnya kaya gimana,” kata wanita itu, sambil
tersenyum tegas dan mengakhiri percakapan sendu sore itu.
Pria itu kini menatap wanitanya dengan garis lurus, tepat berhadapan.
"Denger ya, aku juga takut kehilangan kamu. Dan aku juga gak peduli kisah kita akhirnya kaya gimana. Aku cuma mau milikin kamu sekarang, meski ga sempurna kaya kisah oranglain. Aku bahagia,".
Pria itu kini menatap wanitanya dengan garis lurus, tepat berhadapan.
"Denger ya, aku juga takut kehilangan kamu. Dan aku juga gak peduli kisah kita akhirnya kaya gimana. Aku cuma mau milikin kamu sekarang, meski ga sempurna kaya kisah oranglain. Aku bahagia,".
Yah, kalian bisa melihat dua orang yang sedang keras kepala
melanjutkan kisah untuk saling menyayangi dalam keterbatasan. Jangan tanya, sudah berapa orang yang melarangnya, tapi mereka tetap seperti itu, batu.





1 komentar:
ini seperti semut hitam, di atas batu hitam, di tempat yang gelap.
Posting Komentar