Kamu, sudah lama menjauh dari kehidupanku. Lebih dari
puluhan hari, hitungan bulan, hmm.. mungkin hitungan tahun. Yah, sepuluh tahun
kamu pergi. Selama itu aku mencoba membuat rasa ini menjadi rasa yang biasa
saja. Selama itu? Iya, selama itu.. jangan khawatir, bahkan hingga sekarang dan
entah sampai kapan.
Kamu ingat? Aku pernah berkata padamu, bahwa kamu mungkin
bisa melupakanku membuang semua mimpi dan mengenyahkan kata kita menjadi sesuatu yang tak
lagi berharga.
“Mungkin kamu bisa, kalau aku.. aku enggak tau,” dan kalimat itu, aku
pastikan jujur.
Mungkin hanya hitungan jari tangan aku bisa tidur terlelap
tanpa memimpikanmu, mungkin hanya hitungan jari tangan pula aku bisa melewati
hari tanpa mengkhawatirkanmu.
Dan itu semua, tanpa kamu tahu. Oh ya, kamu
memang harus tidak tahu.
Sungguh aku tak ingin kamu tahu, hingga akhirnya kamu merasa
bersalah dan berbalik ke arahku untuk memastikan keadaanku baik-baik saja. Aku tak
perlu kamu kasihani.
Kamu tahu? Memimpikan dan memikirkanmu adalah dua hal yang indah,
tanpa perlu bertemu aku mampu merasa kamu ada.
“Ga kerasa udah sepuluh tahun kita kenal, tanpa kita sering ketemu atau bertatap muka, entah kenapa selama itu juga aku selalu mampu ngerasa terus meluk kamu,” Iya, itu kata-kata aku buat kamu. Murni.
Sampai sekarang, kamu masih ada.. selalu ada, dan aku tak
pernah peduli DIA anugerahkan rasa sayang ini berapa lama. Ini indah, aku
ulangi, menyayangi kamu itu indah.
Kamu sering mengumpamakan bintang seperti seseorang yang
merindukanmu kan?
Iya, mungkin seperti itu aku. Kamu kadang tak mampu
melihatku, tapi aku pastikan aku selalu ada, memperhatikan langkahmu. Mendoakan
agar kebahagiaan selalu menjadi pendampingmu yang setia. Karena kamu tahu? Senyummu,
sebuah penyemangat atasku untuk menghadapi semua pesakitan. Jaga itu baik-baik untuk aku, si pecundang
ini.