Aku masih mengingat malam yang
menjadikan kita ada. Kamu yang datang dengan tiba-tiba, setelah sebelumnya
berkali-kali aku mengabaikan senyumanmu di ujung lelahku.
Aku masih mengingat malam yang
berbalut khawatir ketika kamu tak kunjung memberiku kabar. Iya, aku khawatir.. tapi entah apa dan kenapa kamu masih bisa tertidur lelap tanpa memberi kabar
untukku. Sakit memang, tapi tahu bahwa kamu baik-baik saja.. itu cukup untuk membuat ku kembali tersenyum.
Aku masih mengingat hari yang
berbalut cemburu ketika kamu membagi genggaman tanganmu dengan dia yang lain. Aku
selalu berharap menjadi satu-satunya yang kamu rindukan, satu-satunya yang kamu
inginkan hadir dalam mimpi, satu-satunya tempat kamu berbagi lelah. Aku,
selalu, berharap.
Aku masih mengingat hari-hari
yang berbalut perjuangan agar aku bisa melihat bahagiamu ketika mengenakan
toga. Perjuangan ini sederhana.. sesederhana aku menemanimu mendaftar
ini dan itu, sesederhana aku mengabaikan lelahku agar revisi mu cepat selesai. Aku
menyederhanakannya demi kamu dan masa depanmu.
Aku masih mengingat hari hari
yang berbalut kebahagiaan ketika tawa dan canda itu kita bagi bersama. Setelah semua
cemburu dan khawatir yang kamu abaikan, aku masih menunggumu memelukku seorang
diri. Ungkapan sayangmu padaku yang selalu membuatku kembali berdiri dan tegar
untuk kembali menyayangimu.
Aku tidak pernah mengerti,
mengapa aku mau dan bisa berbagi kali ini. Bahkan ketika semuanya begitu saja
kamu enyapkan, seketika kamu abaikan. Seperti semuanya tidak pernah ada, seperti
semuanya hanya sebuah perjalanan yang tidak berharga.
Kamu tau? Aku pernah sebegitu
lelahnya mengejarmu, sebegitu lelahnya bertahan dalam ketidakpastian. Tapi hatiku
bergumam, “Bukankah bahagia dia yang terpenting?”. Kemudian aku kembali
mengurungkan hatiku untuk pergi dan menjauh. Aku ingin selalu melihatmu, meski
bukan dengan cara menua bersama.
Terimakasih telah mampir dalam
kehidupan wanita yang begitu jauh dari kata sempurna ini. Terimakasih telah
memilih aku sebagai tempat persinggahan sementara diantara pilihan persinggahan
lainnya. Terimakasih untuk waktu sekejap matanya, terimakasih untuk setiap
gelak tawa yang kita bagi bersama.
Meskipun pada akhirnya, kamu pun harus tiba-tiba pergi dan mengakhiri kita. Meskipun pada akhirnya aku harus merelakan rasa khawatir ku menjadi milik oranglain. Meskipun pada akhirnya aku bukan hanya merelakan genggamanmu, bahkan lebih dari itu bersama dia yang lain.
Meskipun pada akhirnya aku harus melihat senyumanmu dengan toga kebanggaanmu hanya melalui sebuah potret sederhana. Meskipun bukan tanganku yang kau genggam ketika bahagia itu menjadi nyata. Meskipun bukan keningku yang kamu kecup setelah mengucap janji setia. Meskipun pada akhirnya aku harus melihatmu tersenyum seolah melupakan bagaimana sakitku, dengan dia yang lain. Meskipun pada akhirnya aku harus merelakan ada tangan lain yang dapat merangkulmu kapan saja dia mau. Meskipun pada akhirnya, kisah kita hanya menjadi sebuah cerita yang tersimpan, aku tetap mengucap syukur pernah menjadi bagian dari perjalanan cintamu.