Masa kecil yg bahagia.. sempat aku merasakannya. Berbagi cerita, berbagi tawa, membuat kue bersama. Meski ketika balita aku bukan di asuh oleh kedua orgtua ku, tp kemudian aku merasa menjadi anak kecil yg paling bahagia. Setiap malam nenek mendongengkan sebuah cerita, tanpa malu memperagakan apa yg beliau ceritakan "si kancil yg cerdik" meski sering diulang, aku tetap suka :)
Kemudian, KAU hadirkan seorang adik kecil yg memang aku nantikan. Rasanya, aku semakin lengkap. Semua terkabul.
Waktu brjalan, menempatkanku pada keadaan baru. Keadaan yg membuat semua berubah, terbalik. Ini seperti mimpi buruk. Semua hancur, entah karena apa. Terlalu rumit untuk aku cari tau awalnya. Semua terjadi di depan mata. Bentakan itu, tamparan.. semua yg mengerikan, aku melihat sendiri. Iya, sendiri. Kakakku menuntut ilmu di pesantren, sedangkan adikku msh kecil. Aku brusaha menjadi seorang kakak dan anak yg baik dalam tekanan yg begitu dahsyat, untuk adikku. Sampai akhirnya, hari itu tiba. Adikku diambil. Masa sekolah yg tadinya membanggakan, berubah menjadi hancur. Sekolah dasar, teman-temanku banyak yang bertanya tentang apa yg sebenarnya terjadi "ga ada apa2, semua masihh sama. Semua baik-baik saja" jawabku.
Aku melemah, tenagaku terkuras. Aku marah dengan keadaan bahkan lebih parahnya aku marah padaMU. Tapi, kau memberiku kesempatan untuk melangkah saat aku benar-benar putus asa. Saat benar-benar ingin pergi dan menghilang dari dunia. KAU menghadirkanku kembali. Waktu terus berjalan, semua memburuk, ekonomi.. keluarga.. dan keadaan.
Rumah mungil ini tak seindah dulu, tak senyaman dulu. Rumah ini tetap gelap walau dengan lampu yang berkualitas. Rumah ini begitu dingin. Hanya ada hening dan suara isakan. Aku yang harus kuat untukmu, mah. Manusia memang selalu punya pilihan. Seperti saat ini, pilihan menjadi kuat atau lemah. Dan aku memilih berpura-pura kuat sampai aku lupa bahwa aku sedang berpura-pura. "Teh, kuatin mama.. peluk mama.. lebaran ini serasa sepi. Kita cuma berdua, kita harus menguatkan" mama berkata padaku, aku hanya diam sambil memeluknya.. "iya ma, kita harus bergantian menjadi penerang utk yg lain. Kita bisa" aku meyakinkan dalam hati. Hari ini kami berpelukan dalam tangis.
Semua berjalan begitu menyesakkan. Berjalan dengan rentetan yang tak pernah aku duga sebelumnya, dan aku harus kuat.
Rumah mungil ini tak seindah dulu, tak senyaman dulu. Rumah ini tetap gelap walau dengan lampu yang berkualitas. Rumah ini begitu dingin. Hanya ada hening dan suara isakan. Aku yang harus kuat untukmu, mah. Manusia memang selalu punya pilihan. Seperti saat ini, pilihan menjadi kuat atau lemah. Dan aku memilih berpura-pura kuat sampai aku lupa bahwa aku sedang berpura-pura. "Teh, kuatin mama.. peluk mama.. lebaran ini serasa sepi. Kita cuma berdua, kita harus menguatkan" mama berkata padaku, aku hanya diam sambil memeluknya.. "iya ma, kita harus bergantian menjadi penerang utk yg lain. Kita bisa" aku meyakinkan dalam hati. Hari ini kami berpelukan dalam tangis.
Semua berjalan begitu menyesakkan. Berjalan dengan rentetan yang tak pernah aku duga sebelumnya, dan aku harus kuat.